Sampailah kami
dikota Lhokseumawe. Menempati rumah dinas yang ukurannya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan rumah sewaan diMedan. Rumah dinas yang kami tempati saat
itu terletak di Jalan Merdeka Lorong Bahari Komplek Pelabuhan Mongeudong No.4,
rumah ini dari kantor PT. Persero Pelabuhan Indonesia 1 kota Lhokseumawe tempat
ayah bekerja. Kantor itu terletak didaerah Krueng-geukueh yang pastinya sedikit
jauh dari rumah kami.
Hari pertama aku
masuk sekolah, anak-anak dikota ini sedikit heran dengan cara aku berbicara,
logat Medan yang khas dengan kata ‘kau’ membuat mereka diam, mereka pikir aku
berbicara kasar, tapi karena aku seorang pendiam jadi tidak terlalu dekat dan
banyak bicara sama mereka. Masa-masa di SD juga tidak terlalu berkesan, mungkin
sedikit berkesan waktu aku duduk dibangku kelas VI SD,
diakhir masa SD aku dan beberapa temanku sering bermain sepeda bersama. Nama
temanku itu Muhammad Kairulreza (Reza) dan Fachrul Rozi (Ozi). Reza sekarang kuliah
Di IT Surabaya, masa SMA-nya Cuma dua tahun diModal Bangsa, sedangkan Ozi sama
seperti aku, masih meggali ilmu diSMKN 1 Lhokseumawe. Aku dan Reza anggota drumband, kami bergabung dengan
komunitas drumband SDN 2 sejak kelas
IV SD, dari kelas IV sampai kelas V aku dan Reza memainkan alat musik pianika
dan dikelas VI aku memegang alat senar, sedangkan Reza trio. Drumband sekolah kami selalu mendapat
pringkat terbaik 3 besar selam 3 tahun berturut-turut, selain skil bermain kami
bagus, juga tema kostum yang kami gunakan menarik perhatian audience,
karena bertemakan Inggris mix Indonesia
:D.
Begitulah masa SDku, tak begitu berkesan namun menjadi pelajaran tersendiri. Balik saat duduk di Bangku SD kelas IV, ini mengenai Tsunami, mungkin waktu itu adalah hari – hari terakhir sebelum ujian kenaikan kelas. Minggu, 26 Desember 2004, gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Begitulah masa SDku, tak begitu berkesan namun menjadi pelajaran tersendiri. Balik saat duduk di Bangku SD kelas IV, ini mengenai Tsunami, mungkin waktu itu adalah hari – hari terakhir sebelum ujian kenaikan kelas. Minggu, 26 Desember 2004, gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Gempa yang
mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara.
Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar
sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara
dengan jumlah kematian terbesar. Begitulah kurang lebih gambaran mengenai
tsunami. Lhokseumawe salah satu kota kecil yang diterjang tsunami, eh... tapi
bukan tsunami sebesar yang terjadi di Banda Aceh, air lautnya naik hampir
seperti banjir besar, tapi nggak ada korban jiwa dikota ini. Karna nggak parah,
jadi aku biasa aja nanggapi bencana itu, hanya trauma saat gempa. Nah, keesokan
harinya datanglah kabar – kabar yang buat keluaga aku jadi ketakutan, saat itu
telepon ngga bisa dipergunakan alias jaringan teleponnya kosong, mau nelpon
kakak aku yang lagi sekolah di Banda Aceh ngga bisa, jadi kami tau informasinya
melalui media baca sama TV. H+2 setelah tsunami, sepulang sekolah aku ngeliat
Ibu uda berbaring lemas sambil nangis dipinggir pintu, ditambah tetangga pada
datang, jelas aku bingung. Selidik-selidik, ternyata kakakku hilang karena
tsunami.
Akhirnya hari itu
juga ayah pulang kerja lebih cepat dan keesokan harinya ayah on the road ke Banda Aceh, ehh...
masalahnya nambah ni, ayah jadi susah dihubungi. Jelas, hati Ibu jadi makin
risau, akhirnya, aku sekeluarga sama adik ayah on the road ke Banda Aceh juga.
Alhamdulillah kami masih bisa bertemu sama ayah dirumah salah seorang family-nya
ayah. Setelah beberapa hari hingga diperbolehkan masyarakat masuk kawasan Banda
Aceh, aku dan keluarga akhirnya mengunjungi pusat kota Banda Aceh yang masih
terlihat mayat-mayat terdampar. Sedih, itulah kata yang mewakili perasaanku
yang lain, betapa tidak, kadang salah satu dari mereka adalah kakakku. Tapi
waktu itu dalam pikiranku kakakku belum meninggal, tapi terdampar, ternyata
sekian lama menunggu, dia ngga juga kembali dan nama dia tidak termasuk kedalam
korban yang selamat. Ya... yang bisa aku lakukan hanya berserah diri kepada
Tuhan, Dialah yang maha kuasa dan maha mengetahui.
Hari demi hari kami
lalui, semua kegiatan kembali berjalan normal. Namun tetap saja, kepergian
kakak masi belum bisa dilupakan, kami juga sesekali mengadakan doa bersama untuk
kakak, tapi hingga detik ini aku kan terus mendokan kakakku, agar iya selamat
iman dan diterima disisi yang Maha Esa J. Well, langsung aja, masa SD bakal berakhir, dan ya ... ga sabar
pengen make baju puti biru dengan dasi yang waktu itu rasanya kalo make baju
gituan uda dewasa, lol :D. Dan ... alhamdulillah, semua siswa/i SD Negeri 2
Lhokseumawe lulus 100%, and we’re ready
to go to SMP zone ;D hhe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar